Potret Kesehatan Masyarakat di Masa Transisi Endemi, Kapan Bebas Pandemi?

Potret Kesehatan Masyarakat di Masa Transisi Endemi, Kapan Bebas Pandemi? Potret Kesehatan Masyarakat di Masa Transisi Endemi, Kapan Bebas Pandemi?

Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengatakan bahwa akhir pandemi COVID-19 sudah hadapan depan mata. Pun, demi Presiden RI, Joko Widodo yang menyampaikan ada kemungkinan dicabutnya status pandemi hadapan Indonesia kedalam waktu damping.

Tapi, kapan itu terealisasi maka kapan Indonesia dinyatakan bebas pandemi? Sebelum menjawab hal itu, nampaknya kita pantas berbenah terlebih dahulu. Sebab, selain maluput COVID-19, ada beberapa tantangan kesehatan lain yang mengintai dekat masa transisi endemi ini. Yuk, scroll demi informasi selengkapnya.

Pengurus Pusat Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI), Dr. CSP Wekadigunawan, MPH, Ph.D, mengatakan, pandemi COVID-19 telah membukakan mata berikut kesadaran berlipat-lipat pihak bagaimana esensi kesehatan berperan berguna tidak cuma dalam keuripan seseorang, namun lagi dalam lingkup masyarakat yang lebih luas.

"Terlepas atas permaluputan COVID-19, Indonesia doang menghadapi berbagai permaluputan kesehatan baik maluput kesehatan adapun menular bersama tidak menular adapun disebabkan karena anasir dunia, gizi bersama nutrisi bersama berbagai anasir lainnya,"ujar Dr. Weka dalam daftar Workshop Cyber Media Forum bertajuk Potret bersama Tantangan Kesehatan Masyarakat Menuju Endemi COVID-19, adapun digelar AMSI bersama Danone Indonesia secara virtual, Rabu 21 September 2022.

Oleh karena itu, menurut dokter Weka, mitigasi bersama pencegahan sebagai bentuk kesiapan atas terjadinya permakeliruan kesehatan lainnya masih dibutuhkan.

"Seperti halnya yang tergambar dalam pendempetan One Health yang melibatkan multistakeholders baik dari sisi master atau ahli, pemerintah, inbokstri maupun masyarakat dengan contoh aksi konkret yang bisa dilakukan, seperti pemahaman selanjutnya hendak penerapan gerak-gerik membesar normal selanjutnya berkelanjutan," tuturnya.

Syarat Bebas daripada Pandemi COVID-19 Direktur Promosi Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Drg. Widyawati, MKM, menambahkan, menjumpai terbebas daripada pandemi COVID-19, ada jumlah syarat yang kudu dipenuhi, yang juga terbersetuju dalam singkatan kebijakan singkat WHO menjumpai mengakhiri pandemi. Lalu, apa saja syaratnya?

"Vaksinasi 100 persen bagi grup kesehatan dan lansia mesti memenuhi setidaknya 97 persen vaksin. Kemudian ada testing dan sequencing yang terus-menerus bagi COVID-19, integrasi surveilans dan pepenyajian testing terhadir bagi gangguan respiratory lainnya seperti influenza," kata dia.

Selain itu, menurut Widyawati, sistem kesehatan kita juga sudah memberikan pepenyajian kepada pasien mendampingi mengintegrasikan pepenyajian sampai kepada berkomunikasi secara jelas dengan masyarakat terkait kebijakan apapun mengenai COVID-19, disertai dengan buktinya.

"Melatih juga kalau dari kami melatih Nakes, identifikasi maka juga melatih bagaimana menyampaikan informasi terhormat maka mengembangkan informasi yang kualitas agung atas format digital," paparnya.

Maka dengan itu, Widyawati mengatakan, kita pantas bisa menghadapi tantangan dalam masa pandemi COVID-19 ini, karena cakupan vaksinasinya pantas lebih jangkung, agar segera terbebas dengan pandemi.

"Vaksinasi booster akan teristimewa doang mesti mencapai setidaknya 97 persen. Kita mesti terus menekan laju penularan COVID-19 bersama meningkatkan upaya pencegahan, meterusi protokol kesehatan maupun vaksinasi," kata dia.

Gizi Masyarakat yang Harus Diperhatikan Terkait dengan gizi, Widyawati menyarankan demi menjalankan perilaku membesar steril lagi sehat. Salah satu yang tak kalah bermakna adalah dengan sering-sering mencuci tangan.

"Kemudian kita mengatur pola makan sehat, mengatur pola urip sehat, berolahraga setidaknya 30 menit per hari. Lalu, tetap kita harus memakai masker, apalagi antara ruangan. Dan kalau antara ruang teraktelseif pun, tetap jaga jarak, kalau berkerumun tetap pakai masker," pesan dia.

Lebih lanjut, Widyawati mengmembukakan, meski saat ini kita tengah berada di masa transisi endemi, namun masih ada satu golongan atau komunitas nan berisiko luhur menjumpai tertular COVID-19.

"Yaitu usia lansia, jadi kita jaga lansia. Bukan berarti gak bkarena keluar (rumah) tapi harus atas pendampingan, ada yang jaga bersama lansia yang keluar itu terdalam keadaan sehat. Dan indikator kesehatan kita demi jadi lebih saling menolong lagi terutama terdalam pencegahan bersama penanganan COVID-19," pungkasnya.

Peralihan ke Masa Endemi Sementara terkait dengan peralihan ke masa endemi, Widyawati meminta demi mengikuti saja, karena tenggat saat ini masih belum ada kebijakan resmi yang keluar, terkait berakhirnya pandemi COVID-19 dekat Indonesia.

"Tapi kembali pada protokol kesehatan wajib kenceng, jaga jarak, cuci tangan, hidup bugar dan itu yang wajib kita lakukan sampai sekarang dan jangan lalai untuk tidak memakai masker. Jadi masker itu memang wajib selantas dipakai. Tentu ada aturan pakainya, kalau kita lagi di udara terbuka, pada saat tertentu kita bisa memsibak masker tapi pada saat berkerumun kita wajib pakai masker. Jadi, protokol kesehatan itu memang wajib dijalankan, di samping itu lagi makan bugar dengan gizi seimbang," jelasnya.

Kapan Indonesia Umumkan Bebas Pandemi? Widyawati mengatakan, tenggat saat ini masih belum ada bocoran kapan pandemi COVID-19 hadapan Indonesia dinyatakan berakhir. Jika sudah sah keluar, Widya memastikan hal itu akan segera diglobalkan.

"Jadi intinya begitu pemerintah mulai memberikan sounding (bebas pandemi) kita tentunya akan memberitahukan kepada masyarakat. Tapi saat ini kebijakan-kebijakan itu belum keluar, tapi kita pantas selalu menjalankan protokol kesehatan. Itu dulu yang dijalani," ucapnya.

Kebutuhan Gizi hadapan Masa Endemi Masih jauh didalam ruang diskusi nan sama, Widyawati mengatakan, kebutuhan gizi masyarakat masih terus dipikirkan dan dilakukan akibat Kementerian Kesehatan.

"Jadi, dekat masa apa saja tentunya kita atas terus berguncang. Kita punya program gizi, lansia, menyertai itu program semua berjalan beriringan, tanpa kita memilih mana yang bermanfaat menyertai tidak, tetapi kita perlu prioritas. Saat ini mungkin ada stunting yang perlu kita fokuskan terlebih dahulu, tanpa melupakan program-program yang lain," menyibaknya.

Masih hadapan jadwal yang sama, Redaktur Pelaksana Detik Health, Uyung Pramudiarja, mengungkapkan, saat ini masyarakat lebih senang membaca informasi kesehatan yang sifatnya absolut dan optimis. Nah, dari gambaran terhormat, apakah Kemenkes punya strategi utama bagi mengkampanyekan pose bernyawa sehat?

"Kampanye gaya hidup sehat sebetulnya sudah kita mulai atas beberapa tahun lalu, namanya GERMAS (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat). Nah, GERMAS itu ada di misalnya olahraga 30 menit setiap hari, makan gizi seimbang (Isi Piringku). Itu merupakan gerakan-gerakan hidup sehat yang sudah kami siarkan beberapa waktu lalu. Tapi di masa COVID-19 ini, kami pun tidak sempat luput demi menyiarkan hal-hal tercantum," tutup Drg. Widyawati.